Jumat, 21 Mei 2010

MEMILIH DENGAN SUARA HATI


Akhir-akhir ini di Sulawesi Utara, baik tingkat propinsi, kota maupun kabupaten marak dengan pergunjingan calon gubernur, walikota maupun bupati. Bukan hanya dimulut keramaian itu tampak, tapi disepanjang jalan keramaian itu pun terasa dengan banyaknya baliho-baliho yang mencitrakan para calon yang dipampang. JUJUR, BERSIH, SUDAH TERBUKTI itu kira-kira bahasa yang dipasarkan dan laku jual. Ketika saya baca sambil lalu, saya bertanya dalam hati kecil, sebenarnya apa yang kita cari sebagai manusia? Kemudian sejauh mana peran pendidikan kita dalam lingkup masyarakat? Peran Gereja sebagai suara moral dan kenabian juga ada dimana? Kenapa pertanyaan itu muncul dan sedikit mengganggu ketika membaca tulisan dan menyaksikan baliho-baliho yang bagus dan mahal itu. Kita semua mungkin tau atau sebenarnya sudah tidak mau tau (apatis) dengan segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita terlebih dalam dunia politik dan sejenisnya. Kita mungkin bisa hitung dengan jari (kalau bisa) berapa persen pejabat kita yang bersih, jujur dan semuanya itu terbukti. KPK akhir-akhir ini semakin sibuk karena kasus-kasus bukan semakin habis tetapi justru semakin banyak. Ketika satu kasus di tangani, ternyata ada ekor dan kepalanya. Kenapa hal itu mengusik, karena dalam dunia politik para pemain bukanlah pemain baru, tetapi wajah-wajah lama yang sudah tidak asing lagi dalam dunia perpolitikan. Tulisan ini bukan bermaksud menjelekkan salah satu ataupun semua dari para calon yang terpampang indah dan gagah di baliho-baliho. Tapi tulisan ini hanya sebuah unek-unek hati yang merasa prihatin dengan perkembangan masyarakat dewasa ini. Mengapa itu mengusik. Saya terusik karena saya juga ikut bertanggung jawab atas semua itu. Sekarang saya bekerja di dunia pendidikan, dengan demikian pertanyaan di atas yang meletup di dalam benak saya, kenak di saya juga. Di mana peran pendidikan? Pendidikan adalah mengajarkan kebenaran, sebuah fakta dan data riil yang mengajak peserta didik untuk mempelajarinya dan menjadikannya tolak ukur untuk pembelajaran di hari depan. Entah itu hal yang menggembirakan, menyedihkan dan lain sebagainya. Tetapi intinya apa yang kita ajarkan adalah kebenaran untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Nah jika demikian adanya realita seperti di atas, benarkah itu...kata-kata JUJUR, BERSIH, SUDAH TERBUKTI...apakah bukan sebuah racun yang justru sebenarnya bertolak belakang dengan maksud dan tujuan pendidikan itu sendiri. Mari kita semua merasa bertanggung jawab atas perubahan nilai yang berkembang di sekeliling kita. Mari kita berusaha untuk memperbaikinya. Yesus ketika di adili di hadapan Pilatus pernah ditanya tentang apa itu kebenaran, dan jawaban Yesus tidak ada. Ia hanya diam. Apakah kebenaran itu hanya diam ketika terjadi ketidak adilan. Bukan demikian tentu. Yesus diam dalam kata, tetapi berbicara banyak dengan sikap dan perbuatannya. Mari kita ikut bertanggung jawab dengan kebobrokan dunia dengan tindakan dan sikap kita dan bukan hanya dengan kata-kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar